Apa Itu Kebahagiaan??

Senin, 11 Januari 2010

|

“Jadilah engkau ibarat seorang yang terasing atau seorang yang numpang lewat saja.”
(Al-Hadits)

Apakah kebahagiaan itu? Sebuah pertanyaan yang sering tersirat pada hati kita sebagai manusia, namun cukup jarang terlontar dari lisan kita. Kebahagiaan itu bukanlah istana Abdul Malik ibn Marwan, bukan pula pasukan Harun ar-Rasyid, serta bukan pula harta simpanan Qarun yang melimpah.

Kebahagiaan itu menurut para sahabat adalah sesuatu yang tidak banyak menyibukkan, kehidupan yang sangat sederhana, dan penghasilan yang pas-pasan. Kebahagiaan seseorang bisa terlihat dari pemahamannya terhadap Rabb-nya, kejujurannya, hukum-hukum yang disimpulkannya, sikap wara’-nya dan ibadahnya.

Kebahagiaan itu tidak terletak pada cek yang dicairkan, tidak pada kendaraan yang dibeli, bukan pada wangi bunga yang semerbak, bukan pula pada kain yang dibentangkan.

Kebahagiaan itu adalah keriangan hati, karena kebenaran yang dihayatinya. Kebahagiaan adalah kelapangan dada, karena prinsip yang menjadi pedoman hidupnya. Juga, kebahagiaan adalah ketenangan hati, karena kebaikan di sekelilingnya.

Anggapan kita, ketika telah berhasil memperluas rumah, ketika bisa memperbanyak barang, dan ketika berhasil menumpuk semua perabotan dan apa saja yang kita senangi, kita akan bahagia, senang, dan gembira. Tanpa kita sadari semua itu justru menjadi jiwa resah, tertekan, dan hanya menambah masalah. Karena bagaimanapun, segala sesuatu akan membawa keresahan, kesuntukan, dan “pajak yang harus dibayar” untuk mendapatkannya.

Dan, janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya.” (QS Thaha: 131)

Seorang reformis terbesar, Rasulullah, ternyata pernah hidup dalam kefakiran, sering membolak-balikan tubuhnya di tempat tidur karena lapar. Di saat seperti itu, tak sebiji kurma pun yang bisa ia temukan untuk menahan rasa laparnya. Meski begitu , ia bisa hidup bahagia, tak banyak tekanan, dan damai. Tapi hanya Allah lah yang tahu kebenaran semua itu.

“Dan, kami telah menghilangkan daripadamu beban yang memberatkan punggungmu.”(QS. Al-Insyirah: 2-3)

“Dan, adalah karunia Allah atasmu sangat besar” (QS. An-Nisa:113)
“Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan.” (QS. Al-An’am:124)

Dalam sebuah hadits sahih disebutkan: “Kebaikan itu adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah apa yang terbesit di dalam dadamu, dan engkau tidak suka orang lain tahu akan hal itu.”. Kebaikan adalah kelegaan di hati dan ketenangan di dalam jiwa. Seorang penyair mengatakan, “Kebaikan itu jauh lebih lestari walaupun zaman telah berlalu lama, tapi dosa adalah sejelek-jelek bekal yang engkau simpan.”

Orang yang berbuat baik akan selalu tenang, sedangkan yang curiga akan selalu sibuk ingin tahu apa yang terjadi, apa yang terdetik di dalam hati orang, benda apa saja yang bergerak, dan apa saja.

“Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakkan ditujukan kepada mereka”. (QS. Al-Munafiqun: 4)
Mengapa? Karena mereka berbuat tidak baik. Sebuah kenyataan bahwa orang yang berbuat tidak baik akan selalu resah, pikirannya ruwet, dan tidak pernah tenang karena takut.

Berbuat baik dan menjauhi segala keburukan adalah jalan bagi yang menginginkan kebahagiaan, untuk bisa tetap berada dalam rasa aman.

sumber: berlizone.com

0 komentar:

Posting Komentar

Blog List

About

Entri Populer

search

Followers

Some Text

sedikit tentang blog ini, blog ini untuk mereka yang membutuhkan,

Your Links

silahkan tambah link bawah ini:

SUPPORT

Enter Slider Code Here

Diberdayakan oleh Blogger.
 

Lorem

Ipsum

Dolor